INDONESIA hari ini telah menempuh babak perubahan-perubahan nasional konsolidasi dan nasional progres namun hasil yang kita capai boleh dikatakan belum bisa dibanggakan. Beragam persoalan dalam negeri sampai saat ini masih semerawut belum dapat diselesaikan secara tuntas terutama dari segi hukum, ekomomi, politik dan pendidikan masih jauh tertinggal di belakang. Ditambah lagi pemimpin-pemimpin kita suka menghambur-hamburkan uang negara dan bermewah-mewah, lengkaplah sudah penderitaan rakyat.
Keluh kesah masih lagi terdengar di seantero jagad bumi Indoesia yang memimpikan negara adil dan makmur. Mereka berteriak di sana sini memperjuangkan hak dan keadilan dan mencari jawaban masalahnya, permasalahan yang menyebabkan kemunduran rakyat Indonesia, permasalahan yang menjadikan kita bangsa yang tertinggal. Ramai orang yang mengaku pahlawan dan ramai pula yang di kambing hitamkan. Sampai detik ini kita belum menemui jalan keluar dari kemelut persoalan yang melanda. Tertinggal, ya…masih jauh ketinggalan.
Negara kita masih jauh tertinggal dalam segala lapangan kehidupan, angka kemiskinan masih tinggi, pembangunan ekonomi tidak tentu arah. Banyak anak negeri yang tidak dapat menikmati kekayaaan di negeri sendiri, mencari sesuap nasi di negeri orang. Ditambah lagi penganguran kian meningkat dan kriminalitas kian meraja lela, yang kaya semakin kaya yang miskin semakin tersiksa. Hak-hak rakyat tidak disampaikan dengan benar, pelecehan hukum semakin terasa yang begitu merendahkan harkat dan martabat bangsa Indonesia itu sendiri. Akhirnya muncul pertanyaan:
Siapa yang harus dipersalahkan?
Siapa yang harus bertanggung jawab?. Siapa.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pokok permasalahan yang sebenarnya bukan terletak di tangan orang lain atau pun dalam genggaman kelompok tertentu melainkan di tangan kita sendiri. Oleh karna itu kita jangan takut dengan perubahan sekiranya menginginkan perubahan besar di kalangan rakyat Indonesia. Baikpun seorang pemimpin, usahawan, ilmuan dan rakyat jelata untuk berperan aktif mengambil peranan masing-masing dalam memajukan dan memperjuangkan nasib bangsa. Kesalahan-kesalahan itu terletak di dalam pemikiran dan cara hidup orang Indonesia itu sendiri, mereka lebih gemar berpura-pura. Berpura-pura pahlawan, berpura-pura membela rakyat, berpura-pura dan terus seperti itu. Kita hentikan saat ini juga kepura-puraan itu. STOP.
Kiranya perubahan itu benar-benar ingin dilaksanakan, maka perubahan itu hendaklah dimulai dengan membenci dan meninggalkan budaya-budaya kotor yang sudah bertapak hampir dalam setiap jiwa, sepeti budaya korupsi, politik adu domba, dan mementingkan kepentingan pribadi dikalangan pemimpin, kepentingan kelompok, kebiasaan-kebiasaan buruk di institusi-institusi yang banyak beredarnya uang haram, menambah susah rakyat yang memangnya sudah kesusahan. Budaya seperti ini sudah mendarah daging meskipun sulit untuk dirubah dan memerlukan pengorbanan dan waktu yang tidak sebentar tapi kita jangan berputus asa tetep terus berjuang.
Kita telah terbiasa dengan cara hidup yang buruk itu. Apabila sesuatu kaum itu telah terbiasa dengan budaya-budaya buruk di lingkungannya mereka tidak menganggap lagi perkara itu suatu keburukan karana ia telah berkembang menjadi tradisi. Walaupun dimata bangsa lain hal seperti itu perkara yang menghinakan dan begitu menjijikkan.
Kalaulah ada segelintir orang yang tulus hendak merubah tradisi yang sudah berakar seperti ini maka akan ditentang dengan hebat dituduh menyalahi sitem, menentang undang-undang dan sebaginya. Itu hanyalah alasan saja, alasan orang-orang yang mempunyai kepentingan. Biasanya mereka yang menentang terhadap perubahan yang sudah jelas-jelas mengarahkan kepada kemajuan bangsa dan kemakmuran, orang-orang yang merasa kepentingan pribadinya terancam. Mereka memperalatkan rakyat, mengatasnamakan rakyat demi mejaga kepentiang-kepentingan tersebut. Sebagian rakyat yang bodoh mudah menerima hasutan, rela menjadi pahlawan kesiangan, rela mati sementara ia sendiri tidak tahu untuk apa ia mati atau mati demi membela kepentingan segelintir orang. Sungguh hina, dan merugi. Terkadang tidak segan-segan kita bentrok sesama sediri, saling bunuh, saling caci. Sebagaimana pepatah kuno mungkin ada benarnya “orang makan nangka kita yang kena getahnya”.
Jadilah rakyat yang berpikran waras atau setidaknya sedikit lebih waras. Kemajuan itu tidak dapat dicapai hanya dengan demontrasi dan melakukan kekerasan dan saling bertengkar. Seribu kali sehari kita melakukan demontrasi belum tentu kita akan mendapatkan perubahan seperti yang kita harapkan tanpa adanya kesadaran yang mendasar di setiap lapisan masyarakat untuk berubah. Kalau kita mau belajar dari negara-negara maju sekarang ini, dulunya mereka selalu mencoba melakukan perubahan-perubahan. Tidaklah berlebihan kalau saya mengatakan bahwa kemajuan itu akan dapat dicapai dengan malakukan banyak perubahan.
Undang-undang bukanlah kitab keramat, tidaklah berdosa jika dirubah atau disesuaikan bila ia sudah tidak laku lagi dengan tuntutan zaman kenapa tidak diganti dengan yang lebih baik. Cara-cara baru yang lebih efektif. Yang lebih mendukung dan mengarah ke arah perubahan dan pencerahan. Jika memang rumusan-rumusan Negara yang ada saat ini jitu dan ampuh mustahil bangsa kita mengalami kerisis dari segala aspek kehidupan. Krisis moral, krisi material dan yang lebih menyedihkan lagi krisis malu dikalangan pemimpin kita.
Oleh karna itu jika ada orang yang membawa agenda prubahan postif yang akan membawa kemajuan rakyat jangan takut dukunglah, semangatilah dan perjuangkanlah. Demi masa depanmu, masa depan negaramu, masa depan anak cucumu nanti.
Dan satu lagi yang perlu diingatkan kepada seluruh rakyat Indonesia tertuama sekali mahasiswa, jangan mudah terprovokasi oleh golongan-golongan yang tidak bertanggung jawab, bernafsu kotor dan pengecut. Yang tidak ada kejelasan arah dan tujuan perjuangannya. Mereka hanya berpura-pura menjadi pahlawan tapi sebenarnya pecundang. Seandainya kita selalu mendukung kezaliman maka jangan bermimpi untuk terlepas dari cengkeraman pemimpin yang zalim, pemimpin yang hanya tahu menindas rakyatnya. Jadilah rakyat yang yang tidak buta bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Mana pemimpin yang benar-benar ikhlas dalam memperjuangkan nasib rakyat kepada keadaan yang lebih baik. Itulah yang harus didukung, Dari sini jelaslah perubahan yang sebenarnya ada ditangan kita masing-masing.
“Membenci setiap kezaliman mencintai kebenaran dan keadilan dari siapapun dan di manapun ia berada”.
Seperti itulah rakyat yang bijak. Bukan yang taat pajak saja.
Kita sudah mual dan pingin muntah, mendengar hinaan yang di tujukan kepada negara kita di media-media, surat kabar dan isu-isu yang tidak bertanggungjawab lainnya. Terutama sekali pandangan sinis dunia Internasional, yang mengatakan Indonesia bermacam-macam pelabelan; bangsa paling jago korupsi, bangsa pembantu rumah tangga, banggsa yang mundur, bangsa yang ketinggalan, bangsa yangmiskin, bangsa pengekspor kuli dan banyak lagi singgungan-singgungan membuat sakit telingga yang mendengarnya.
Di luar Negeri orang Indonesia malu mengaku ‘orang Indonesia’ karna kata “Indonesia” itu sendiri tidak ada yang ingin dibanggakan, yang bisa membangkitkan persaan percaya diri sebagai rakyat Indonesia.
Kita tidak bisa menyalahkan orang lain, karna apa yang mereka katakan berdasarkan apa yang mereka lihat dan dengar. Yang terpenting sekarang ini untuk kita mulai berbenah dan menyadari kelemahan-kelemahan. Kita satukan pandangan dan cita-cita demi untuk kemajuan bangsa. Dan kita harus berani berkorban baik kepentingan pribadi, kelompok, partai, suku, golongan demi kepentingan bersama, “meninggikan harkat dan martabat bangsa”.
Jangan takut berkorban, pengorbanan kita hari ini adalah aset kekayaan yang sebenarnya yang akan dikenang dan ditulis dengan tinta emas, menjadi kebanggaan generasi kesekian abadnya, akan disanjung tinggi oleh orang-orang yang bijak. Jika hasrat ini telah bertaut dalam setiap pemimpin dan segenap lapisan rakyat bangsa kita maka perubahan yang besar bukanlah mustahil terjadi.
Perlu kita renungkan pemimimpin yang agung itu lahir dari rakyat yang agung dan pemimpin yang zalimpun lahir dari rakyatnya yang zalim. Pemimpin itu tidak akan lahir jika yang dipimpin tidak merestuinya. Jika lahir pemimpin-pemimpin yang suka merampok yang dipertanyakan rakyatnya. Jika ada pemimpin yang zalim yang dipertanyakan kenapa rakyat mengkatnya jadi pemimpin.
Meskipun kita sadar akan perkembangan yang berlaku di sekeliling kita terutama usaha-usaha yang dilakukan oleh setengah golongan untuk mempercepatkan kehancuran bangsa ini. Kita harus menghadapinya dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Setiap rakyat harus bersatu memainkan peranan masing-masing yang jelas tekad dan tujuan kita sama. Terus berjuang, perjuangan ini bukan saja perjuangan yang menentukan maju atau mundur, malah suatu perjuangan hidup atau matinya suatu bangsa. Inilah yang perlu disadari oleh seluruh rakyat Indonesia.
Lalu ada apa dengan bangasa ini?.
Meskipun kita telah berabad-abad lamanya hidup dalam penjajahan tapi tidak semestinya jiwa dan pemikiran kita dijajah terus-menerus. Kita sudah merdeka, penjajahan telah lama berlalu ambillah mamfaat darinya tinggalkan pemikiran-pemikiran dan ideologi-ideologi mereka yang tidak sesuai lagi untuk kemajuan bangsa kita saat ini. Kita sudah merdeka. Merdeka…!