Jumat, 26 Februari 2010

Psikologi Pembelajaran Perspektif Ibnu Khaldun


PSIKOLOGI PEMBELAJARAN

Perspektif Ibnu Khaldun

Kemahiran dalam satu illmu pengetahuan tentang berbagai penguasaan terhadapnya adalah diakibatkan oleh kebiasaan yang membiasakan pemiliknya memahami semua prinsip dasar suatu ilmu itu, sehingga ia terbiasa dengan problem dan dilema yang ada dalam bidangnya, dan memperkembangkan apa yang terperinci dari apa yang bersifat asas.

Kebiasaan adalah berbeda dengan pemahaman dan mengetahui melalui ingatan. Memahami suatu masalah dalam sesuatu disiplin ilmu itu, daripada orang-orang yang baru mengenalinya ataupun dari sarjana-sarjana yang pakar dalam bidangnya. Kebiasaan (malakah) adalah berbeda dengan pemahaman (fahm).

Setiap kebiasaan(malakah) adalah bersifat jasmaniah baik pada jasad, atau seperti aritmetik adalah daripada corak dan sebagai hasil daripada insan tersebut untuk berpikir, dan sebagainya. Semua benda bersipat fisikal adalah sensibilia. Maka ia memerlukan arahan. Dengan demikian, suatu tradisi guru-guru yang masyhur sehubungan dengan arahan dalam bidang ilmu pengetahuan atau keahlian dianggap sebagai mustahak oleh setiap masyarakat dan penduduk suatu daerah.

Pengajaran ilmu itu suatu keahlian, ia dibuktikan melalui istilah-istilah dalam teknikal. Setiap tokoh yang pakar dalam bidang disiplin ilmunya memiliki terminology (istilah) teknikal, ia bukan suatu bahagian dari ilmu itu sendiri.

Metode yang paling mudah untuk memperolehi kemahiran dalam bidang ilmia ia melalui kemahiran bertutur untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran dengan jelas perkara ini dapat dilatih dalam diskusi dan perdebatan-perdebatan ilmia. Inilah metode yang mampu menjernihkan persoalan dan menumbuhkan pemahaman yang mendalam.

Dari sini dapat di ambil pemahaman bahua seorang pelajar lebih di galakkan untuk:

  1. Aktif dalam menghadiri bengkel-bengkel, seminar, dan diskusi-diskusi ilmia.

  1. Seorang pelajar agar lebih bersikap proaktif dalam pembelajarannya seperti perbincangan persoalan-persoalan dan tidak di galakkan berdiam diri.

  1. Perkara-perkara 1 dan 2 adalah lebih penting di lakukan seorang pelajar daripada ia bergelut dengan hapalannya.

Kemahiran pengetahuan itu harus dibuat suatu pembiasaan, karna banyak orang yang tinggi pengetahuannya, ketika untuk merealiasisakan kemampuannya tidak memberikan apa-apa. Masalah ini dikarnakan seorang pelajar lebih cenderung menghapalkan teori-teori akan tetapi mereka tidak terbiasa untuk mengaplikasikannya. Sehingga, ketika berhadapan dengan situasi sebenarnya menemui jalan buntu.

Ibnu Khaldun memisahkan antara kemampuan ilmia dan kemampuan menghafal. Ia adalah dua pengetahuan yang berjalan secara terpisah dalam bentuk aplikasinya. Banyak pelajar yang terjebak dalam perkara ini mereka lebih menumpukan kemahiran pada hafalan sementara dia mengenepikan dari susut kebiasaan (malakah). Seperti contoh kemampuan berbahasa seseorang bukan di ukur dari berapa banyak vokal dang grammer yang ia kuasai tetapi bagai mana kemahiran itu direalisasikan dari bentuk pemikiran kedalam bentuk tindakan. Banyak orang yang mampu menguasai vokal dang grammer bahasa secara baik tetapi gagal untuk berbicara dengan lebih baik. Ini adalah satu kebenaran dari teori yang disebut Ibnu Khaldun tersebut.

Ibnu Khaldun mengatakan “tidak dapat diragukan lagi, setiap kemahiran yang dapat diterima dengan baik itu dalam susunan untuk mendapatkan kebijaksanaan akal tambahan (peningkatan) dan ia akan mempersiapkan jiwa tadi untuk menerima kemahiran-kemahiran lainnya. Daya kemampuan akal atau intelek dengan demikian dibentuk untuk menerima dengan cepat suatu pengetahuan baru.

Kita telah mengetahui bagaimana orang-orang mesir telah mendapatkan perkara-perkara yang dianggap mustahil di dalam pengajaran berbagai kemahiran. Sebagai contohnya, mereka telah melatih keledai-keledai dan hewan-hewan yang bisu untuk melakukan suatu tindakan yang sungguh mengagumkan”.

Teori yang dikemukakan Ibnu Khaldun diatas membuktikan kemahiran individu dalam menyempurnakan kemampun seseorang dalam pengusaan ilmunya.

Adapun perkara yang ia bincang mengenai pelatihan kemampuan terhadap hewan yang bisu, Ibnu Khaldun sudah lebih awal mengungkapkannya daripada B. F. Skinner

Seorang pakar psikologi dari Sylvania yang muncul pada abad ke-19 dengan pendekatan teori pelaziman operan yang mengambil pendekatan dari teori pelaziman (conditioning) Ivan Pavlov pakar psikologi Rusia.

Teori-teori diatas membuktikan bahua hewan-hewan bisu dapat di beri kempuan pengetahuan yang lebih baik apalagi manusia. Yang jadi permasalahan ialah teknik dalam pembelajaran itu yang harus diperhatikan untuk mencapai penguasaan terhadap pemindahan pengetahuan yang diingini.

Menurut Ibnu Khaldun tentang penguasaan ilmu pengetahuan itu;

i. Ilmu-ilmu yang bersifat sosial. Ia merupakan suatu yang dapat di

biasakan oleh manusia melalaui kemampuan alaminya untuk berpikir dan kepada objek-objeknya permasalahan-permasalahan, penghujahan, dan kaedah pengajaran yang dibantu oleh kemampuan tanggapan manusia.

ii. Melakukan penyelidikan-penyelidikan agar ia dapat membedakan yang benar dan

yang salah.

iii. keahlian itu dapat diperoleh seorang pelajar ababila ia dilatih secara terus menerus

sehingga ia menjadi suatu kebiasaan (malakah), kukuh tertanam

dalam pikiran.

Teori ini bersesuaian dengan padangan mazhab psikologi pelaziman klasik Ivan

Pavlov.

iv. pembelajaran itu hendaklah dimula dari perkara yang mudah terlebih dahulu

setelah itu baru pergi kepada princian pembahasan yang mendasar.

Demikianlah uraian singkat diatas semuanya merujuk kepada buku yang ditulis Ibnu Khaldun (mukadimah). Sari rujukan dari terjemahan Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia 1993. Semoga dapat member inspirasi kepada kita semu. Sarjana kita telah banyak menggungkap kaedah-kaedah terutamanya dalam sains psikologi. Yang mana kaedah atau teori-teori tersebut banyak diaplikasikan oleh sarjana-sarjana barat, mereka menuangkan pemikiran-pemikiran itu kedalam bentuk yang lebih sistematis. Ini adalah salah satu kekeliruan umat islam untuk mempelajari dan meneruskan perjuangan generasi terdahulu. Sebagaimana Ibnu Khaldun mengatakan diakhir buku beliau, bahua ia berharap generasi selanjutnya dapat mengembangkan dan melanjutkan penelitian-penelitiannya yang lebih komperhensip. Semoga ridha Allah selu tercurah pada beliau dan Allah lah yang maha luas pengetahuan-Nya. Kepadanya kita memohon petunjuk dan kebenaran. Aamiin.

1 komentar:

  1. Teori Masyarakat Ibnu Khaldun Jadi Referensi Barat

    Sumber: http://blogtraditionalislam.wordpress.com/

    BalasHapus